Rabu, 02 Januari 2013

HUBUNGAN SAINS DAN ISLA



A.    PENDAHULUAN
Sains dan Islam merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang sangatmenarikuntukdibahas.Relasikeduanyadianggapsebagaiisuklasik yang menarik  dantelah lama mewarnaicorakpemikiranparaagamawan, termasuk di kalanganmasyarakatmuslim.
Sains dan Islam merupakan bidang ilmu pengetahuan yang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyikapi kehidupanmasakini. Namun disamping perbedaan teresebut masih ada hubungan timbal-balik yang sangat dahsyat apabila diantara sains dan Islamdiintegrasikan dengan pola yang baik.
Hubungan antara sains dan islam kinijugatelah menjadibahan pertimbangan yang cukuppenting dikalanganpara pemikir, dan pembentukan kuliah-kuliah akademik tentang sains dan Islam merupakan petunjuk yang kuat tentang hal tersebut. Oleh karena itu, maka makalah inidibuat adalahsebagai salah satu bentuk upaya untuk mengkaji hubungan sains dan Islam, yakni dari sisi pandangan konflik, independensi, dialog, integrasi, dandarisisilainnya.




B.     PENGERTIAN SAINS DAN ISLAM
Sainsataulmualam (bahasaInggris: natural science) adalahistilah yang digunakandalambidangilmupengetahuansebagaiilmu yang merujukkepadaobyek-obyek yang berada di alam yang bersifatumumdandenganmenggunakan hokum-hukumpasti yang berlakukapanpundandimanapun.
Sains (science) diambildari kata latin scientia yang berartipengetahuan. SunddanTrowbribgemerumuskanbahwaSainsmerupakankumpulanpengetahuandan proses. SedangkanKuslan Stone menyebutkanbahwaSainsadalahkumpulanpengetahuandancara-carauntukmendapatkandanmempergunakanpengetahuanitu.Sainsmerupakanprodukdan proses yang tidakdapatdipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11).
Sedangkan Islam Dari segibahasa, berasaldari kata aslama yang berakardari kata salama. Kata Islam merupakanbentuk mashdar dari kata aslama. Ditinjaudarisegibahasanya yang dikaitkandenganasalkatanya, Islam memilikibeberapapengertian, diantaranyaadalah: Berasaldari ‘salm’ (السَّلْم) yang berartidamai, ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berartimenyerah, istaslama–mustaslimun (اسْتَسْلَمَ - مُسْتَسْلِمُوْنَ): penyerahan total kepada Allah, ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berartibersihdansuci, dan ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berartiselamatdansejahtera.
Adapun dari segi istilah Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.

C.    HUBUNGAN SAINS DAN ISLAM

1.       PANDANGAN ISLAM TERHADAP SAINS DAN TEKNOLOGI
Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (٣) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (٥)
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5).

Ayat lain yang mendukung pengembangan sains adalah firman Allah Swt. yang berbunyi bahwa:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ (١٩٠)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).

Ayat-ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam semesta ini. Tak heran, kalu seorang ahli sains Barat, Maurice Bucaile, setelah ia melakukan penelitian terhadap Al-Quran dan Bibel dari sudut pandang sains modern, menyatakan bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks Qur’an dengan sains modern secara objektif dan tanpa prasangka. Mula-mula saya mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa Qur’an menyebutkan bermacam-macam fenomena alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu saya hanya memperoleh pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca teks arab secara teliti sekali saya dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa Alquran tidak mengandung sesuatu pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman modern”.

Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Al-Quran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia.

2.       TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN ISLAM
Di Indonesia, kajian dan pandangan tentang Integrasi Sains dan Islam dalam berbagai interdisiplin keilmuan masih marak dibicarakan para tokoh pendidikan. Oleh karena demikian, maka berbagai universitas mencoba memberikan perhatian khusus pada bidang kajian integrasi sains dan Islam ini
Ian G. Barbour selaku tokoh pengkaji hubungan sains dan agama telah memetakan hubungan keduanya dengan membuka kemungkinan interaksi di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia juga berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama terhadap disiplin-disiplin ilmiah tertentu. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain

1.      Konflik
Pandangan ini menempatkan sains dan agama dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara keduanya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan. Sains menegasikan eksistensi agama, begitu juga sebaliknya. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.
Adapun alasan utama para pemikir yang meyakini bahwa agama tidak akan pernah bisa didamaikan dengan sains adalah sebagai berikut:
Menurut mereka agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran-ajarannya dengan tegas, padahal sains dapat melakukan itu.
Agama mencoba bersifat diam-diam dan tidak mau memberi petunjuk bukti konkrit tentang keberadaan Tuhan, sementara   dipihak lain sains mau menguji semua hipotesis dan semua teorinya berdasarkan pengalaman.

2.      Independensi
Satu cara untuk menghindari konflik antara sains dan agama adalah dengan memisahkan dua bidang itu dalam kawasan yang berbeda. Agama dansains dianggap mempunyai kebenaran sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain, sehingga bisa hidup berdampingan dengan damai. Pemisahan wilayah ini tidak hanya dimotivasi oleh kehendak untuk menghindari konflik yang menurut mereka tidak perlu, tetapi juga didorong oleh keinginan untuk mengakui perbedaan karakter dari setiap era pemikiran ini.
Pemisahan wilayah ini dapat berdasarkan masalah yang dikaji, domain yang dirujuk, dan metode yang digunakan. Mereka berpandangan bahwa sains berhubungan dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai. Dua domain yang terpisah ini kemudian ditinjau dengan perbedaan bahasa dan fungsi masing-masing.

3.      Dialog
Pandangan ini menawarkan hubungan antara sains dan agama dengan interaksi yang lebih konstruktif daripada pandangan konflik dan independensi. Diakui bahwa antara sains dan agama terdapat kesamaan yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu sama lain. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk dialognya adalah dengan membandingkan metode sains dan agama yang dapat menunjukkan kesamaan dan perbedaan.[1]
Penganut pandangan dialog ini berpendapat bahwa agama dan sains jelas berbeda secara logis dan linguistik, tetapi dia tahu bahwa dalam dunia nyata mereka tidak bisa dikotak-kotakkan dengan mutlak, sebagaimana diandaikan oleh pendekatatan indenpendensi. Bagaimanapun juga agama telah membantu membentuk sejarah sains, dan pada gilirannya kosmologi ilmiah pun telah mempengaruhi teologi.

4.      Integrasi
Pandangan ini melahirkan hubungan yang lebih bersahabat daripada pendekatan dialog dengan mencari titik temu di antara sains dan agama. Sains dan doktrin-doktrin keagamaan, sama-sama dianggap valid dan menjadi sumber koheren dalam pandangan dunia. Bahkan pemahaman tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat memperkaya pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman. Ada tiga versi berbeda dalam integrasi, yaitu:
1.                  Natural Theology, mengklaim bahwa eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari bukti tentang desain
2.                 Sintesis Sistematis. Integrasi yang lebih sistematis dapat dilakukan jika sains dan agama memberikan
           kontribusi kea rah pandangan  dunia yang lebih koheren yang dielaborasi dalam kerangka metafisika yang
            komprehensif.
3.               Theology Of Nature, berangkatdaritradisikeagamaanberdasarkanpengalamankeagamaandanwahyuhistori

D.    PENUTUP

Sains dan Islam merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang sangatmenarikuntukdibahas.Relasikeduanyadianggapsebagaiisuklasik yang menarik  dantelah lama mewarnaicorakpemikiranparaagamawan, termasuk di kalanganmasyarakatmuslim. Hubungan antara sains dan islam kinijugatelah menjadibahan pertimbangan yang cukuppenting dikalanganpara pemikir, dan pembentukan kuliah-kuliah akademik tentang sains dan Islam merupakan petunjuk yang kuat tentang hal tersebut. SunddanTrowbribgemerumuskanbahwaSainsmerupakankumpulanpengetahuandan proses. SedangkanKuslan Stone menyebutkanbahwaSainsadalahkumpulanpengetahuandancara-carauntukmendapatkandanmempergunakanpengetahuanitu.Sainsmerupakanprodukdan proses yang tidakdapatdipisahkan. Sedangkanistilah Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat. Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi.Ada tiga versi berbeda dalam integrasi, yaituNatural Theology, Sintesis Sistematis,danTheology Of Nature.                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar