Minggu, 27 Januari 2013

Budidaya Jahe

BUDIDAYA   TANAMAN  JAHE
http://kimia.unp.ac.id/wp-content/uploads/2011/02/Jahe-gajah.jpg


I.      PENDAHULUAN
Potensi
Tanaman Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di dunia.   Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri.   Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat terbuka.  
Berdasarkan data stastistik perkebunan semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar 1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam pengembangan jahe.   Hal ini jika dilihat dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang secara rutin menanam jahe.   Sesuai dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang cocok untuk penanaman jahe.   Begitu pula dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang telah berpengalaman dalam perjahean.  
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir.   Hal ini disebabkan karena para petani belum menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil produksi.   Dengan demikian banyak ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi yang rendah.
Prospek Pemasaran
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan.   Apalagi dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi.   Kendala yang ditemui oleh para eksportir adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan dengan pesanan yang diterima.   Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.   Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari Indonesia.

       Jenis Tanaman Jahe

Tanaman Jahe dapat dibedakan dari beberapa jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang yaitu Jahe Putih Kecil, Jahe Putih Besar dan Jahe Merah.
  • Jahe Merah disebut juga Jahe Sunti dengan ciri-ciri sebagai berikut : rimpangnya kecil berwarna kuning kemerahan dan seratnya kasar, rasanya sangat pedas dan aromanya sangat tajam.
  • Jahe Putih Kecil atau jahe emprit dengan ciri-ciri sebagai berikut :  bentuknya pipih, warnanya putih kuning, seratnya lembut dan aromanya lebih tajam dari jahe putih besar.
  • Jahe putih Besar lebih dikenal dengan nama Jahe Badak atau Jahe Gajah dengan ciri-ciri sebagai berikut : rimpangnya jauh lebih besar dan ukurannya lebih gemuk tetapi aroma dan rasanya kurang tajam dibanding kedua jenis lainnya.
II.       PEMBIBITAN
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan rimpang.   Pemilihan bibit disesuaikan dengan tujuan produksi.    Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe gajah.   Sedangkan untuk produksi minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak arsiri memakai jenis jahe putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
  • Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9 – 10 bulan.
  • Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
  • Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2 mata tunas yang telah tumbuh, dengan berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil dan jahe merah sedangkan jahe gajah seberat  25 – 60 gram.     Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe merah membutuhkan bibit sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah membutuhkan bibit sebanyak 2 – 3 ton / ha.  Bila dipanen muda dapat ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan bibit lebih banyak yaitu   4 – 6 ton / ha dengan populasi tanaman sekitar 80.000 tanaman / ha.

Sebelum ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
  • Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap sampai terbentuk tunas. 
  • Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang tumbuh. 
  • Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8 jam.
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan kental abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.

III.  BUDIDAYA
Syarat Tumbuh
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase. 
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.

Penanaman
Tanah diolah sampai gembur dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase agar air tidak tergenang.   Setelah tanah diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha.   Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang. Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus dan drainase yang baik.  Jenis tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun.   Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.   Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka.   Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.

Pemeliharaan
Fase pemeliharaan tanaman merupakan masa yang sangat penting dan menentukan dalam mengahasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Penyulaman tanaman dapat dilakukan dua atau tiga minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya lambat.   Pada waktu          tiga bulan pertama tanaman jahe memerlukan lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan sekali.   Bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan pupuk urea     400 kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg / ha.   Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak 400 kg / ha.  
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan adalah layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif mengatasi serangannya.   Oleh karena itu usaha terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan.   Faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase.   Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.

IV.   PANEN
Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum.   Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya.   Pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit,  hasilnya berkisar antara 3 – 5 ton / ha.   Apabila dipelihara dengan baik jahe gajah dapat menghasilkan     15 – 30

V.   PASCA PANEN
Setelah dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen.   Selain itu bila terlalu lama disimpan maka bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10%.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar